Toleransi tanpa
berkoar-koar di benteng alam ujung barat indonesia "siberut, kepulauan
mentawai"
Sampai di Wajah Baru, Pulau Baru
Hey, Apa kamu pernah dengar kepulauan mentawai atau suku mentawai?
apa yang kamu ketahui tentang kehidupan dan ciri khas mereka? apa kamu pernah
kesana?
Kalau mengingat kembali, pada akhir tahun 2022 sampai awal tahun
2023 merupakan hal yang sangat tak terlupakan oleh saya. Melakukan sebuah
perjalanan yang menakjubkan dan masih saja kadang terlintas di kepala
moment-moment tersebut. Entahlah, seakan abadi di memori, memory HP artaupun
kepala. Perjalanan menuju pulau mentawai, pulaunya para sikerei, juga tatto
tertua di dunia dan tempat tinggalnya suku mentawai. Pulau yang bisa dibilang
cukup jauh dari pemberangkatan saya dari kota Malang, dengan estimasi dua hari
dua malam perjalanan sampai kota padang, dimulai dengan menaiki bis dari
malang-pulo gebang, dilanjutkan kembali dari pulogebang-padang, dan menaiki
kapal penyebrangan ekonomi dari dari pelabuhan bungus-siberut, maileppet selama
12 jam.
Perjalanan yang sangat panjang ya, sampai berhari-hari
perjalanan, hehehehe. Sesampainya di desa Maileppet, desa yang
memang berada di pesisir pulau Siberut yang tak jaauh dari pelabuhan tempat
kami turun. Dengan kondisi sosial dan kultur baru, saya agak sedikit
menyesuaikan diri dengan kultur baru yang pastinya berbedda dengan kultur
tempat kami tinggal di pulau jawa. dengan kondisi mayorita penduduk yang
berbeda suku dan juga agama dan wajah-wajah asing, pasti mereka juuga
menganggap kami orang asing yang baru turun kapal.
Kalau biasanya otang-orang di luar sana mungkin ada yang
beranggapan bahwa nentawai penuh dengan nuansa mistisnya karena banyak dukunnya
atau yang biasa disebut "sikerei", yang merupakan
dukun penyembuhan tradisional, dengan melakukan ritual-ritual dengan perantara
roh-roh leluhur, dan menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan spiritual.
Menurut saya tidak ada salahnya juga sih, cuman saja kalau belum ke sana dan
masih berpandangan seperti itu, semoga bisa ke sana dan tahu bahwa pulau ini
tidak semenyeramkan katanya-katanya itu lhooo. yang terpenting
"di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung". Mentawai
bukan hanya terkait mistisme saja. Banyak juga eksotisme yang disuguhkannya.
Bahkan, mendapat predikat salah satu obmak terbaik untuk para peselancar, dan
juga masyarakatnya yang sangat welcome terhadap pendatang.
Mendatangi mayoritas yang berbeda
Secara agama, mayoritas beragama kristen katolik ataupun protestan,
sedang islam menjadi minoritas tidak seperti di tempat kami. Tetapi kami
disambut baik di sana oleh kepala desa maileppet yaitu "bapak
alexius", dan juga ketua sanggar budaya "bapak sergi" dan juga
masyarakat di sana. Sebelum bertemu ke yang lain-lain, alngkah baiknya saya
melakukan pertemuan pertama dulu dengan beliau dan saling bercengkrama tentang
kondisi dan seluruh yang bersangkutan dengan pulau, juga berbicara mengenai
tujuan kedatangan ke pulau ini. Setelah berbincang akhirnya beliau membagikan
tempat tinggal, dan saya tinggal di tempatnya :bapak darius",
alhamdulillahnya diterima dengan baik, dan masih berkomuniskasi hingga saat
ini.
Kedatangan kali ini bertempatan di akhir tahun, di mana umat
kristen merayakan natal dan juga tahun baru. semua aktifitas banyak dilakukan
di gereja. Baru juga sampai pagi tadi, siang istirahat malam langsung ke
gereja, hehehehe. tapi mau gimana lagi, saya yang islam pun mau gak
mau harus menghadiri untuk menghargai undangan, karena kami adalah pendatang di
sini, dan ternyata kami disambut baik di sana walaupun kami berbeda keyakinan.
Karena mereka bersprinsip walaupun ini hari raya mereka, tapi siapapun dan
apaun agamanya yang tinggal di lingkungan sana juga harus merasa senang dan
bisa saling berbagi. Begitupun sebaliknya ketika perayaan hari besar islam,
yang non muslim juga merayakannya, karena walaupun berbeda keyakinan tetapi
mereka tetap satu mentawai.
Secara budaya, pulau ini memiliki budaya dengan keunikannya
sendiri. seperti tradisi sikerei, mentatto, gigi runcing, alat
musik tuddukat, lolokyu. juga ada lagu-lagu seperti tobbou
mentawai, jajak talimao, tarian turuk laggai, dari
pakaiannya juga ada leccu, kabit, dll. juga dari segi ritual dan
kebudayaan lainnya. yang menjadikannya sebagai pulau dengan keanekaragaman
budaya yang dimiliki dari zaman dahulu dan masih dilestarikan hingga saat ini
agar tidak punah keberadaanya, dan bisa diteruskan untuk generasi selanjutnya.
Dan saya baru melihat semua di gereja ketika perayaan malam natal, semuanya
ditampilkan. Jadi merasa tersambut kan, kayak diajakin mengenal lebih dalam,
padahal juga baru datang, hehehehe.
Yang penting bisa ikut senang dan merayakan
Secara kerukunan sosial, jarang sekali ditemukan perselisihan
anatar agama. Seperti yang saya rasakan selama tinggal di rumah "bapak
darius", saya merasa sangat dihormati dan dijaga. Dari cara makan pasti
selalu makan bersama dan saya dipisahkan untuk piring dan lauk pauknya, tetapi
tetap dalam satu lingkaran untuk menikmati kebersamaan. Saya juga sempat
diundang ke hajatan pernikahan, di sana juga dipisahkan antara lauk-pauk untuk
yang umat islam dan non islam, tukang masaknya pun dipisah, tetapi tetap dalam
kebersamaan merayakan hajat tuan rumah.
Saat perayaan natal pun yang merupakan hari besar mereka, di mana
mereka melakukan penyembelihan babi, dan saya juga baru pertama kali melihat
babi disembelih. Sedangkan saya yang muslim justru diberikan seekor ayam secara
cuma-cuma oleh "bapak darius" untuk disembelih sesuai dengan
keyakinan saya pribadi. lantas saja saya kaget dan merasa tidak enakan. Soalnya
sudah di depan mata bukan pakai acara tawar-menawar lagi. Beliau bilang
"ini buat kamu nak, nanti potong sendiri sesuai ajaranmu ya, biar nanti
kita makan bareng-bareng walaupun kalau kita makannya babi, hehehehe"
karena sudah diberi tempat tinggal, kebutuhan pangan bahkan selalu dipenuhi
kebutuhan ataupun hal yang tidak diduga. Karena mereka mempunyai anak yang
merantau juga seperti saya, jadi mereka tidak ingin ketika anaknya mempunyai
agenda seperti saya atau sejenisnya, justru diberlakukan kurang baik, karena
mereka meyakini sesbuah kebajikan yang dilakukan akan sama balasannya seperti
yang sudah dilakukan. dan mereka tidak inigin itu terjadi pada anak mereka.
Bahkan sampai ketika waktu itu hari jumat, sebagai agenda rutinan
muslim yaitu melaksanakan sholat jumat. ketika itu hujan deras, dan masjid jauh
harus berjalan ke arah dermaga dulu kurang lebih 20 menit. Sayaa hanya pasrah
dan duduk santai sajalah, menikmati suasana, merokok di depan rumah, sambil
melihat hujan deras. Tiba-tiba saya ditanyai bagaimana ibadah saya, bahkan
sampai dikasih payung agar saya bisa melaksanakan sholat jumat. perlakuan yang
membuat saya tidak bisa berkata-kata apalagi. tidak tau harus seperti apa.
seakan menemukan sebuah arti toleransi dan satu kesatuan dan membedakan kamu
kulit ini kulit itu, kamu agama ini kamu agama itu, kamu orang ini kamu orang
itu. semua berdasarkan kebaikan dan kemanusiaan.
Mereka tidak menghalangi urusan terkait akidah dan ibadah dengan
yang berbeda agama, tapi mereka justru mau membantunya. sebuah hal yang menurut
saya sangat menakjubkan, dan ini bukan hanya slogan toleransi, tapi ini adalah
aksi dari toleransi itu sendiri, tanpa harus banyak bicara dan
berkoar-koar.
Kalau berbicara keyakinan di Indonesia ini, sangat banyak sekali
ragamnya. karena negara kita adalah negara multikultural, walaupun secara
administratif yang diakui hanya enam agama saja. tapi itu tidak menjadikan
beberapa masyarakat yang masih menganut dan menjalankan ritual-ritual yang
dianut oleh nenek moyang zaman dahulu. bagaimanapun, itu merupakan ciri khas
wajah nusantara dengan keanekaragamannya. "berbeda tetap satu jua".
Walaupun ada saja orang-orang yang menjadikan perbedaan sebagai
alat perpecahan. saling hina, saling sindir-menyindir, merasa dirinya ataupun
golongannya paling sempurna dan memaksakan perspektif yang sangat sepihak,
sehingga justru menimbulkan perpecahan. saya rasa negeri ini belum sepenuhnya
bersatu. bersatu hanya terhadap golongannya sendiri, tidak menyuluruh bersatu
se-indonesia raya. bahkan di dalam golongannya sendiri masih ada saling
sikut-menyikut ataupun gejolak lainnya yang saya pun tidak tahu.
Semoga setiap individdu bisa berbenah dan saling bertoleransi
secara aksi bukannya suara. Bisa memahami toleransi itu adalah saling mengerti,
bukan ingin dimengerti.
Terimakasih, dan jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar
Comments
Post a Comment